try this search engine

Saturday, November 15, 2008

Trichomonas vaginalis


Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Speciees: Trichomonas vaginalis
Trichomonas hominis
Trichomonas faetus
Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita.


Biologi
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.
Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak membetuk cyste.
Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit. Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis bergantung pada ditemukannya trichomonas dalam sekresi penderita. Dapat juga dilakukan dengan tes haemaglutination indirek (tidak langsung).
Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat sembuh dalam waktu 5 hari. Dapat terjadi reinfeksi kembali melalui hubungan kelamin. Obat suppositoria dan “douches” cukup baik dilakukan untuk membuat pH vagina menjadi asam. Pasangan sex juga harus diobati bersamaan untuk mencegah terjadinya reinfeksi.

Selanjutnya »»

Giardia lamblia


Clasass: Flagelata
Family: Hexamitidae
Genus Giardia
Species: Giardia lalmblia
Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek pada tahun 1681, yang ia temukan pada fesesnya sendiri. Spesies protozoa ini banyak ditemukan didaerah yang beriklim panas. Anak-anak peka terhadap infeksi penyakit ini, dimana G. Lamblia adalah flagellata yang paling sering dijumpai pada saluran pencernaan manusia.


Daur hidup
Giardia lamblia hidup dalam usus halus orang yaitu bagian duodenum, jejenum dan bagian atas dari ileum, melekat pada permukaan epithel usus. Protozoa dapat berenang dengan cepat menggunakan flagellanya. Pada seorang yang menderita berat penyakit ini , ditemukan 14 milyard parasit dalam fesesnya, sedangkan pada infeksi sedang ditemukan sekitar 300 juta cyste.
Dalam usus halus dimana isi usus berbentuk cairan, parasit ditemukan dalam bentuk trophozoit, tetapi setelah masuk kedalam colon parasit akan membentuk cyste.. Pertama-tama flagella memendek, cytoplasma mengental dan dinding menebal, kemudian cyste keluar melalui feses. Pada awal terbentuknya cyste, ditemukan dua nukleoli, setelah sejam kemudian ditemukan 4 nukleoli.. Bila cyste tertelan hospes maka cyste tersebut langsung masuk kedalam duodenum, flagella tumbuh dan terbentuk trophozoit kembali.
Patologi
Kebanyakan kasus infeksi tidak menunjukkan gejala infeksi, biasanya ada orang yang lebih peka terhadap penyakit ini daripada lainnya. Pada suatu kasus terjadi sekresi cairan mukosa berlebihan sehingga terjadi diaree, dehydrasi, sakit perut dan berat badan menurun. Feses terlihat berlemak tetapi tidak ditemukan darah. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan cairan mukosa pada epithel usus, sehingga menghambat absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain, hal ini memacu terjadinya gejala penyakit tersebut diatas. Cairan empedu dapat terserang sehingga menyebabkan jaundice (penyakit kuning/icterus) dan sakit perut (colic). Penyakit tidak menyebabkan fatal, tetapi sangat mengganggu.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan menemukan trophozoit dan cyste dalam feses dapat dijadikan pedoman diagnosis. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Quinacrin atau metronidazole, biasanya sembuh dalam beberapa hari.

Selanjutnya »»

Saturday, November 8, 2008

Balantidium


Class : Ciliata
Ordo: Trichostomatidae
Famili: Balantiidae
Genus: Balantidium
Species: Balantidiu, coli
Balantidium coli adalah parasit protozoa yang terbesar yang menginfeksi orang. Organisme ini dijumpai pada daerah tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa ini berparasit pada babi, sedangkan strain yang ada, beradaptasi terhadap hospes definitif lainnya termasuk orang.


Biologi
Protozoa B. coli hidup dalam caecum dan colon manusia, babi, marmot, tikus dan hewan mamalia lainnya. Parasit ini tidak langsung dapat menular dari hospes satu kelainnya, tetapi perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri supaya dapat bersimbiosis dengan dengan flora yang ada dalam hospes tersebut. Bilamana sudah beradaptasi pada suatu hospes, protozoa akan berubah menjadi patogen terutama pada manusia. Pada mamalia lain kecuali jenis primata, organisme tersebut tidak menimbulkan lesi apapun, tetapi akan menjadi patogen bilamana mukosa terjadi kerusakan oleh penyebab lain (infeksi sekunder).
Trophozoit akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya terjadi pada pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi. Fase cyste terjadi pada waktu inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi secara sexual ataupun asexual. Precyste terjadi setelah keluar melalui feses yang merupakan faktor yang penting dari epidemiologi penyakit. Infeksi terjadi bila cyste termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena kontaminasi makanan dan minuman. Balantiudium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi bila orang mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi mengandung asam lemah.
Patologik
Pada kondisi biasa, trophozoit memakan organisme paramaecium dan partikel kecil jaringan. Tetapi kadang protozoa dapat memproduksi enzim proteolytic yang dapat mendigesti epithel intestinum dari hospes. Organisme juga memproduksi hyaluronidase yaitu enzim yang dapat memperbesar ulcer. Ulcer (borok) biasanya berbentuk kerucut dengan leher kecil seperti kubangan dalam submukosa (seperti ulcer dari amebik). Koloni dari ulcer tersebut menyebabkan terjadinya infiltrasi sel radang lympocyte, polymorphonuklear leukosit dan perdarahan. Bila kejadian berlanjut dapat meyebabkan perforasi dari usus besar dan menyebabkan dysentri. Pada fase ini sering terjadi kematian.
Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat membunuh B. coli ini yaitu: Carbasone, diiodohydroxyquin dan tetracycline. Sering terjadi paenyakit hilang dengan sendirinya, atau individu tidak menunjukkan gejala tetapi dapat bertindak sebagai karier. Pencegahan dapat dilakukan dengan seperti pada infeksi E. histolytica dan khusus untuk untuk B. coli perlu ekstra hati-hati pada orang yang sering berhubungan dengan babi.

Selanjutnya »»

Naegleria fowleri


Class: Rhizopoda
ordo: Amoebida
Genus: Naegleria
sapecies: Naegleria fowleri
Spesies protozoa ini adalah ternmasuk ameba hidup bebas (free living amoeba) Yang hidup dalam air yang menggenang, tanah yang terpolusi dan sistem pembuangan sampah. Ada beberapa spesies amoeba hidup bebas yaitu: Naegleria, Hartmanella dan Acanthamoeba, dimana yang paling dominan ialah spesies Naegleria fowleri.
Fase flagelatnya mempunyai dua flagella yang panjang dan tidak membentuk pseudopodia. Nucleusnya berbentuk vesikuler dan mempunyai endosoma yang besar dan granuler perifer. Vakuola makanan berisi bakteri dan cystenya mempunyai satu nukleus.
Sejak tahun 1964 lebih dari 60 kasus kematian pada orang karena infeksi parasit ini sehingga akibat dari penyakit “meningoencephalitis” (radang selaput otak). Kejadian ini dilaporkan dari negara Ceko, Slovakia, Amerika Serikat, Afrika, New Zealand dan Australia. Naegleria fowleria di isolasi dari kasus kematian tersebut. Ameba ini membunuh hewan percobaan pada beberapa laboratorium pada waktu diinjeksikan intra nasal, intra vena dan intracerebral. Organisme ini tidak membentuk cyste atau flagella dalam tubuh hospes dan vakuolanya berisi sel debris (serpihan sel) dari hospes.


Hampir semua kasus meningoencephalitis sangat erat hubungannya dengan kolam renang atau danau. Hal ini sangat mungkin terjadi trophoszoit masuk melalui hidung pada waktu penderita menyelam dalam air. Kasus yang telah dilaporkan menunjukkan bahwa infeksi terjadi waktu orang Muslim berwudhu dengan membasuh hidung 5 X sehari terjadi pada petani muslim di Nigeria. Setelah trophozoit masuk kedalam hidung maka amoeba ini bermigrasi sepanjang syaraf olfactorius melalui lempengan Cribiform dan menuju kranium. Kematian disebabkan oleh kerusakan jaringan otak dengan cepat dan hanya beberap pasien berhasil diselamatkan.

Selanjutnya »»

Friday, November 7, 2008

PROZOA


Protozoa

Protozoa adalah organisme yang bersel tunggal, dimana beberapa spesies mempunyai lebih dari satu nukleus (inti sel) pada bagian atau seluruh daur hidupnya. Seperti halnya sel pada tubuh makhluk hidup lainnya, sel protozoa dilapisi oleh tiga lapisan uni membran yang didalamnya terdapat ektoplasma, endoplasma dan nukleus. Dalam endoplasma ditemukan nukleus, mitokondria, badan golgi dan sebagainya, sedangkan ektoplasma ditemukan flagela ,

cilia dan sebagainya. Protozoa pada dasarnya bergerak menggunakan 4 tipe organela yang merupakan bagian dari ektoplasma yaitu:
Flagela, cilia, pseudopodia dan undulata bergerigi.
- Flagella: bentuk langsing seperti rambut tunggal yang panjang
- Cilia: Bentuk flagela yang kecil dan lebih pendek
- Pseudopodia: Organela sementara yang menonjol biasanya digunakan untuk bergerak/menangkap makanan.
- Gerigi undulata: Pergerakan dengan menggunakan bentuk gelombang dari sel dengan pergerakan dari belakang kedepan dan sebaliknya.
Biasanya protozoa mempunyai dua stadium yang selalu dialaminya yaitu stadium trophozoit yaitu bentuk aktif dan bentuk cyste merupakan bentuk inaktif.

Genus: Entamuba

Klasifikasi:
Class : Rhizopoda
Ordo: Amoebida
Genus: Entamoeba
Spesies: Entamoeba histolytica
E. coli
E. ginggivalis
Diantara 3 spesies entamoeba, E. histolytica adalah paling patogen pada manusia. Organisme ini adalah salah satu agen penyakit penyebab dysentri. Selama beberapa tahun belakangan diketahui bahwa ada dua jenis entamoeba yang dibedakan menurut ukuran trophozoit dan cystenya. yaitu:
Ukuran besar : Trophozoit: 20-30 m
Cyste: 10-20 m
Ukuran kecil: Trophozoit : 12-15 m
Cyste: 5-9 m
E. histolytica ukuran besar ada dua strain yaitu patogenik dan non-patogenik. Ukuran kecil biasanya non-patogenik. Strain E. histolytica yang patogen adalah merupakan parasit protozoa yang paling penting pada orang dan banyak diteliti.
Daur hidup
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit---precyste---Cyste---metacyste-----metacyste trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal dibagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Didalam usus trophozoit membelah diri secara asexual.
Trophozoit menyusup masuk kedalam mukosa usus besar diantara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Didalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenchym hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal.
Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan bebentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung chromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual.
Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.
Patologi
E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies amoeba lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai kemampuan untuk menghydrolysis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic, sehingga organisme ini dapat berpenetrasi kedalam epithelium kemudian kejaringan yang lebih dalam.
Lesi intestinal
Terjadi pertama didaerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.
Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis. Lesi sekunder pada organ lain dapat pula ditemukan tetapi lebih sering dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari kasus amebiasis).
Lesi pada hati
Hal ini terjadi bila trophozoit masuk kedalam venula mesenterika dan bergerak ke hati melalui sistem vena porta hepatis, kemudian masuk melalui kapiler darah portal menuju sinusoid hati dan akhirnya membentuk absces. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya.
Lesi jaringan lainnya
Lesi pada jaringan lainnya seperti lesi pulmonaris (paru), otak, kulit dan penis, terjadi karena metastasis dari jaringan hati. Dimana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati.
Diagnosis
Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dpat membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.
Pengobatan
Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu:
- Asam arsanilik dan derivatnya
- iodichlor hydroxyquinolines
Bererapa antibiotik terutama:
- Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic.
- Chloroquine phosphat dan niridazole, cukup efisien
- Metronidazole, merupakan pilihan tepat karena efektif terhadap amebiasis extra intestinal dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari).

Selanjutnya »»

My Blog List

Epidemiologi © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO